Kamis, 15 April 2010

Penelitian Ilmiah

HAKIKAT PENELITIAN

Penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”.
Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
Dalam buku berjudul Introduction to Research, T. Hillway menambahkan bahwa penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut”. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan gambaran bahwa penelitian adalah “metode menemukan kebenaran yang dilakukan dengan critical thinking (berpikir kritis)”.
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).

Proses penelitian selalu dimulai dengan adanya masalah yang ingin diketahui. Seringkali berbagai gejala dan fenomena yang terlihat pada suatu persoalan tidak mudah diidentifikasi. Sebuah gejala yang oleh orang awam dilihat sebagai hal biasa, oleh seorang peneliti mungkin bisa dilihat sebagai hal yang mempunyai suatu maksud.

Apabila gejala pada pengamatan permulaan belum dapat diidentifikasi, maka interpretasi dan antisipasi kita pada gejala tadi belum dapat ditentukan. Oleh karena itu suatu gejala atau masalah dalam proses penelitian harus dirumuskan terlebih dahulu sehingga bisa menjadi masukan pada awal kegiatan penelitian.

Penelitian adalah suatu proses berdaur tertutup yang bermula dari adanya gejala yang terlihat, timbul pertanyaan, kemudian ada perumusan tujuan dengan perumusan masalah mengawali rangkaian dalam proses penelitian. Berikut ini akan dijelaskan gambaran tentang konsep berpikir dan cara menemukan masalah untuk dicari jawabannya melalui proses penelitian.

1. MENCARI OBYEK PENELITIAN

Obyek penelitian dapat ditemui dengan berbagai cara. Ada yang dapat kita temui secara pasif, ada yang kita cari secara aktif. Contoh obyek penelitian yang ditemui secara pasif adalah penelitian yang datang berdasarkan autoritas. Misalnya permintaan penelitian yang datang dari pimpinan suatu lembaga penelitian, atau penelitian pesanan dari suatu sponsor. Untuk hal semacam itu masalah penelitian sudah ada dengan sendirinya, sehingga sebagai peneliti kita tinggal merumuskan obyeknya dan meneruskan tahap-tahap penelitian selanjutnya.

Suatu masalah hendaknya terumuskan dalam suatu pertanyaan yang jelas. Merumuskan masalah bukanlah suatu yang mudah. Seringkali apa yang kita lihat sebagai masalah bukanlah masalah itu sendiri, melainkan hanya gejala dari suatu masalah yang belum kita pahami. Yang kita lihat itu adalah gejala, dan bila kita memproses penyelesaiannya maka yang kita hasilkan adalah penyelesaian suatu gejala, bukan penyelesaian masalah. Dengan demikian dalam kita merumuskan masalah, pertama kali yang harus dilakukan adalah mendalami apa sebenarnya masalah yang harus diteliti, apakah ia merupakan pokok masalah atau gejala suatu masalah:

Bila kita dalami maka suatu masalah tersusun atas komponen sebagai berikut:

  1. subyek, yaitu orang atau sekumpulan orang yang melihat atau menetapkan adanya masalah, sehingga merasa perlu untuk mengatasi atau mencari jawaban.
  2. tujuan (obyektif), yang akan dicapai dari adanya masalah tersebut.
  3. alternatif, beberapa langkah yang dilakukan pada masalah.
  4. lingkungan masalah, dalam arti masalah itu tadi merupakan sistem dalam suatu sistem yang lebih luas dan tidak terpisahkan dari lingkungan yang mengitarinya.

2. MENCARI PENYELESAIAN

Suatu masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan hendaknya diarahkan pada langkah-langkah untuk mencari jawabannya. Ada empat elemen yang dapat kita pakai untuk menstrukturkan masalah ke arah penyelesaiannya.

  1. Model, yaitu penggambaran masalah secara kualitatif sehingga tampak bayangan atau citra mental dari persoalan.
  2. Kriteria, yakni keharusan-keharusan yang dijabarkan dari tujuan yang hendak dicapai. Dengan Kriteria kita dapat mengukur tingkat keberhasilan kegiatan penelitian.
  3. Pembahas (kendala), yaitu faktor-faktor yang mengikat seorang peneliti dalam memecahkan suatu masalah. Pembatas atau kendala tadi dapat berupa kendala sumber daya tenaga, biaya, waktu, ruang gerak dan sebagainya. Pemecahan masalah harus diambil yang terbaik dari yang memenuhi kendala tersebut.
  4. Optimasi, yakni pemecahan optimum suatu masalah berdasarkan kemampuan dan batasan yang ada.

3. PENDEKATAN SISTEM

Pendekatan sistem meliputi cara berpikir, cara mencari jalan terbaik dan cara melaksanakan penyelesaian masalah dengan memperhatikan unsur-unsur yang berhubungan dengan masalah tersebut secara menyeluruh dan rasional. Setiap hari kita dihadapkan pada bermacam-macam masalah yang memerlukan penyelesaian. Masalah tersebut dapat menyangkut bermacam-macam hal. Ada yang menyangkut suatu yang perlu mendapatkan penanganan yang cepat. Ada yang menyangkut ruang dan waktu yang sempit. Dalam memikirkan tindakan apa yang akan kita ambil, usaha pemikiran kita sangat tergantung kepada hal-hal yang tersangkut dalam masalah tersebut.

Keperluan dan kegunaan berpikir secara menyeluruh, berpikir bersistem, pada hampir setiap bidang ilmu tampak sekali perkembangannya. Untuk masing-masing bidang perkembangan, berpikir sistem ini diwarnai dengan kepentingan masing-masing. Ada bidang yang dalam berpikir bersistem menenkankan pada ciri-ciri sistem dan komponen-komponennya ada yang baru berkembang pada penyusunan sistem yang baru, ada pula yang baru mencoba mengenali unsur-unsurnya.

Dengan pesatnya perkembangan lmu yang makin mendalam pada masing-masing bidang, maka perhatian ilmuwan akan menjurus pada hal-hal yang menyempit tetapi mendalam. Demikian pula unsur-unsur pemikiran sistemnya akan mengarah pada hal-hal yang mempunyai sifat, bentuk, atau istilah yang khusus. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa lmuwan pada berbagai bidang, oleh karena kekhusussan masing-masing tidak mampu lagi berkomunikasi satu sama lain.

Suatu masalah seringkali dapat kita selesaikan dengan sebaik-baiknya, apabila masalah tadi dapat kita tinjau secara menyeluruh. Menyeluruh dalam memahami persoalannya, menyeluruh dalam melaksanakan penyelesaiannya, dan menyeluruh dalam mencapai penyelesaiannya. Luas sempitnya arti menyeluruh tentu tergantung pada apa masalahnya. Secara umum menyeluruh dapat dikatakan sebagai mencakup segala sesuatu yang mempunyai kaitan dengan persoalan yang sedang dihadapi.

Adakalanya kita dengan mudah mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan persoalan kita. Adakalanya kita tidak menyadari masih ada hal-hal lain yang berkaitan dengan persoalan kita. Adakalanya pula kita tahu bahwa masih ada hal-hal lain yang berkaitan dengan persoalan kita, tetapi kita tidak tahu apa wujud kaitan-kaitan itu. Dalam keadaan seperti itu dikatakan bahwa masalah yang kita hadapi belum terumuskan. Berpikir sistem memerlukan ketrampilan dan kekuatan untuk merumuskan persoalan dan cara penyelesaian secara menyeluruh. Kita harus mampu membayangkan situasi-situasi awal sampai akhir secara menyeluruh. Dengan berpikir bersistem kita akan dapat mengidentifikasi segala sesuatu yang akan terlibat serta pengaruhnya dalam penciptaan kondisi yang diinginkan. Orang yang tidak mampu berpikir bersistem sering dianalogikan dengan empat orang buta yang melihat gajah. Oleh karena cara orang buta dalam melihat gajah dengan cara meraba bagian dari gajah maka apa yang dapat diraba itulah yang diinterpretasikannya sebagai gajah. Keempat orang buta tadi memperoleh pengertian yang saling berbeda tentang gajah, disebabkan karena tidak mampu melihat suatu fenomena secara menyeluruh.

Secara umum, pengertian sistem adalah sekelompok hal atau benda, aktifitas, ide dan sebagainya serta kombinasi-kombinasi dari padanya yang mempunyai kesatuan fungsi atau organisasi. Kesatuan fungsi ini menunjukkan adanya arah tujuan atau keterkaitan terhadap sesuatu yang menyangkut keseluruhan yang terlibat. Singkatnya, sistem adalah suatu kumpulan unsur yang saling berinteraksi dan secara terpadu menuju suatu tujuan bersama. Jadi, apabila masalah penelitian itu dipandang sebagai suatu sistem, maka masalah penelitian tersebut terdiri dari beberapa sub masalah. Tiap-tiap sub masalah tersebut diteliti dan keluaran penelitian dari masing-masingnya dihubungkan dan disusun secara sistematis untuk menghasilkan keluaran penelitian secara terpadu, yang menjadi tujuan sistem penelitian keseluruhan.

Dalam merumuskan persoalan, kita dapat mengelompokkan hal-hal yang berkaitan dengan penyelesaian persoalan dengan hal-hal sebagai berikut:

  1. hal-hal yang harus kita ubah,
  2. hal-hal yang harus kita pegang, ikuti pertahankan,
  3. hal-hal yang harus kita perhatikan pengaruhnya,
  4. hal-hal yang harus kita ciptakan atau hasilkan
  5. hal-hal yang harus kita pergunakan.

Dalam pendekatan sistem sering dipergunakan model masukan/keluaran (input/output). Dalam hal ini sistem dinyatakan sebagai kotak hitam yang memiliki masukan dan keluaran. Masukan dapat dipandang sebagai variabel bebas atau sebab, sedangkan keluaran adalah variabel tak bebas atau akibat. Masukan dapat dibedakan menjadi masukan mentah, masukan lingkungan dan masukan instrumental. Masukan mentah adalah masukan yang diolah dalam proses penelitian untuk menghasilkan keluaran penelitian. Masukan lingkungan adalah masukan yang terpisah dan tidak dapat dikendalikan oleh sistem tetapi mempengaruhi atau ikut menentukan kelakuan sistem. Faktor lingkungan ini perlu diperhitungkan, terutama apabila data yang dikumpulkan mendapat pengaruh yang cukup besar dari lingkungan seperti pada penelitian lapangan. Masukan lingkungan juga dapat berupa batas-batas fisika, seperti suhu, kecepatan cahaya, dan lain-lain. Masukan instrumental adalah masukan berupa alat yang dipergunakan dalam penelitian, baik berupa piranti keras (seperti alat ukur), maupun piranti lunak (seperti teori atau dalil).

4. MODEL SEBAGAI PERUMUSAN MASALAH

Salah satu teknik yang sering digunakan dalam proses penelitian adalah membuat model obyek yang akan diselidiki. Model merupakan penggambaran atau abstraksi dari suatu obyek atau keadaan nyata. Ia menunjukkan relasi interelasi, baik langsung atau tidak langsung, dari aksi dan reaksi yang dinyatakan dalam bentuk sebab-akibat. Karena model itu merupakan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek kenyataan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek yang diselidiki. Salah satu alasan utama pengembangan model adalah untuk lebih memudahkan pencarian variabel-variabel yang penting dan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Model dapat dikategorikan dengan berbagai cara, misalnya berdasarkan tipenya, ukurannya, fungsinya atau tujuannya. Kategorisasi yang umum dipakai adalah berdasarkan tipenya, yang terbagi atas model ikonik atau model fisik, model analog atau model diagramatik, dan model simbolik atau model matematika.

Model ikonik ialah penggambaran fisik suatu obyek, baik dalam ukuran asli maupun dalam ukuran yang berbeda. Model ikonik digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan pada suatu waktu tertentu. Model ikonik dapat mempunyai dua dimensi (foto, peta), atau tiga dimensi (maket). Dengan demikian suatu obyek yang berdimensi lebih dari tiga tidak dapat digambarkan dengan menggunakan model ikonik ini.

Model analog adalah model yang dapat menggambarkan situasi dinamik, misalnya kurva permintaan. Model analog sering digunakan untuk menggambarkan hubungan kuantitatif antara unsur-unsur yang berbeda, atau menggambarkan berbagai proses yang berbeda dari unsur-unsur yang sama. Contoh penggunaan model analog adalah pengujian sistem kendali dengan menggunakan komputer analog. Sistem kendali tersebut dinyatakan sebagai fungsi alih yang ditirukan dalam komputer analog. Dengan menggunakan percobaan pada komputer analog, maka perilaku sistem kendali tersebut dapat disimulasikan dan dianalisis.

Model simbolik dimulai dari model-model abstrak yang terdapat pada pikiran kita kemudian diwujudkan sebagai model simbolik. Salah satu bentuk model simbolik yang sering digunakan adalah persamaan matematika. Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, model matematik tersebut dapat diganti menjadi model komputer. Unsur-unsur dinamika sistem diidentifikasikan dan dinyatakan sebagai persamaan matematika atau komputer. Dengan mempergunakan data dan asumsi, persamaan matematika atau komputer tersebut diselesaikan atau dijalankan pada komputer.

Model matematik dapat dibedakan atas model probabilistik atau deterministik, model statis atau dinamis, standar atau custom made. Apabila data yang diperlukan bagi model mempunyai derajat kepastian yang tinggi, maka diperlukan model deterministik dengan menggunakan teori matematika. Apabila data yang diperlukan bagi model mempunyai derajat kepastian yang rendah maka diperlukan teori probabilistik dengan menggunakan teori statistika.

Apabila untuk suatu jangka waktu variabel dianggap konstan maka dipergunakan model statis, dan interelasi unsur-unsur model dinyatakan sebagai persamaan yang tidak berubah dengan waktu. Sedangkan apabila variabel berubah dengan waktu, maka dipergunakan model dinamis, dan interelasi unsur-unsur dalam model dinyatakan sebagai persamaan fungsi waktu.

Dalam pemecahan suatu model penelitian dapat dicari terlebih dahulu model yang pernah digunakan untuk memecahkan soal penelitian yang hampir sama. Model tersebut dapat diperoleh dari perbendaharaan pustaka yang ada. Apabila model standar tidak dapat diperoleh, maka model tersebut tinggal diubah sedikit, disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi dalam model. Apabila model standar tidak dapat diperoleh, maka terpaksa untuk model baru, model custom made yang khusus untuk penelitian itu.

5. PENGEMBANGAN MODEL

Terdapat tiga tahap pengembangan model yaitu abstraksi, deduksi dan realisasi. Dalam tahap abstraksi, hubungan-hubungan yang penting dipilih, dianalisis dan kemudian setelah melalui tahap deduksi, berakhir pada penyusunan model. Berikutnya, dibuat pernyataan kesimpulan-kesimpulan yang harus dapat dicek kebenarannya mengenai sistem yang sesungguhnya; tahap ini disebut realisasi. Realisasi terdiri dari dua bagian yaitu validasi dan implementasi.

Validasi mencek model untuk menemukan apakah model itu memiliki validitas. Apabila model sudah sesuai maka model dapat diimplementasikan. Kalau hasil validasi tidak memenuhi kreteria penyajian, kita dapat memulai daur lagi. Dalam daur kedua itu informasi dari daur pertama dapat digunakan. Dalam praktek batas-batas antara langkah-langkah tersebut tidak begitu jelas dan kaku. Dalam pengembangan model, intuisi dan perasaan memegang peranan penting.

Model tidak harus tunggal, sebab untuk suatu obyek penelitian dapat dibuat lebih dari satu model. Berbagai model alternatif tersebut tercipta karena penggunaan asumsi yang berlainan, serta tergantung dari sasaran pembuatan model yang dipergunakan. Berbagai model alternatif tersebut dipilih dengan mempergunakan kriteria antara lain kemampuan untuk menirukan kenyataan alamiahnya, mudahnya analisis, lengkapnya unsur-unsur penting dalam model, penggunaan hasil simulasi atau analisis dan lain-lain.

Keruwetan model dibatasi dengan hanya mempergunakan unsur yang penting saja. Tetapi dengan pengabaian unsur-unsur yang dianggap tidak penting, dapat timbul kesalahan atau ketidaktelitian hasil penelitian. Biasanya lingkup model ditentukan sesuai dengan tujuan dan sumber daya pembuatan model.

Model sangat berguna dalam penelitian, karena obyek yang diteliti dapat ditirukan dan dianalisis dengan model. Dalam hal ini model menjadi alat untuk mendalami dan menelusuri permasalahan melalui penelitian struktur dan dinamika model. Dengan demikian, model menjadi alat untuk turut menentukan sistematika penalaran dalam pelaksanaan penelitian

6. HIPOTESIS

Masalah dapat dirumuskan secara konkrit dalam bentuk hipotesis. Banyak batasan yang diberikan untuk hipotesis. Salah satu diantaranya menyebut hipotesis sebagai proposis (pertimbangan) yang diajukan sebagai dasar penalaran dan pengandaian yang dirumuskan dari data yang telah terbukti dan diajukan sebagai penjelasan sementara mengenai suatu peristiwa atau kejadian guna membangun suatu dasar bagi penelitian lebih lanjut. Secara etimologi, hipotesis berasal dari kata-kata these yang berarti pendapat, dan hypo yang berarti kurang. Jadi hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat yang masih memiliki kekurangan, belum final dan masih memerlukan pembuktian. Dengan demikian hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan sementara, yang masih perlu dibuktikan kebenarannya, sebelum diterima sebagai suatu kesimpulan. Tegasnya hipotesis adalah suatu jawaban duga yang dapat menjadi jawaban yang benar. Bila kemudian dengan data yang terolah dapat dibuktikan kebenarannya maka hipotesis tersebut dapat berubah menjadi suatu kesimpulan atau tasis (pendapat yang telah teruji kebenarannya).

Pada mulanya tidak banyak orang berpendapat bahwa penelitian lebih berhubungan dengan pengumpulan fakta-fakta daripada menduga-duga jawaban suatu masalah. Belakangan baru diyakini manfaat hipotesis bagi pelaksanaan penelitian. Hipotesis mengkonkritkan dan memperjelas masalah yang diselediki, karena dalam hipotesis secara tidak langsung ditetapkan lingkup persoalan dan jawabannya. Pada gilirannya hipotesis memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, sehingga terhindarkan adanya penelitian yang tak bertujuan. Dengan hipotesis yang dirumuskan secara baik, proses penelitian lebih terjamin akan berlangsung secara teratur, logis dan sistematis menuju pada tujuan akhir penelitian. Selain dari itu hipotesis, memberikan jalan yang cepat dan efisien ke arah penyelesaian masalah. Tanpa hipotesis, pengumpulan data dan informasi akan dilakukan secara membabi-buta. Hipotesis memberikan batasan data yang diperlukan atau sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Meskipun telah dikemukakan kegunaan hipotesis, namun tidak semua penelitian secara mutlak memerlukan hipotesis, oleh karen sifatnya hanya sebagai pemandu ke arah penyelesaian masalah. Penelitian yang mempersoalkan macam hubungan (perilaku) antara dua atau lebih variabel biasanya memerlukan hipotesis. Sebaliknya penelitian yang sifatnya hanya mengumpulkan dan mendeskripkan fakta-fakta biasanya tidak memerlukan hipotesis. Penelitian dalam bidang ilmu tertentu, seperti botani sistematika, paleoantropologi, filsafat, matematika dan penelitian yang eksploratif biasanya tidak memerlukan adanya hipotesis.

Hipotesis selalu dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang mengutarakan bentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan cara mengutarakan bentuk hubungan variabel dikenal dua macam hipotesis. Hipotesis kerja merupakan hipotesis yang menyatakan hubungan antar variabel secara operasional. Hipotesis ini biasanya dirumuskan dalam ungkapan : "Jika ....., maka .....". Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan atau tidak adanya perbedaan antara beberapa masalah. Hipotesis nol ini pada umumnya diselesaikan dengan perhitungan statistik untuk menguji kebenaranya (diterima) atau ketidakbenaranya (ditolak). Bentuk hipotesis biasanya dirumuskan dalam ungkapan: "Tidak ada perbedaan antara ..... dengan ..... ". Dengan demikian apabila ternyata bahwa hipotesis nol terbukti tidak benar, maka kesimpulannya menjadi: "Ada perbedaan antara ..... dengan .....". Kedua hipotesis tersebut tidak sama, akan tetapi saling melengkapi. Keduanya seringkali sengaja saling dipertentangkan untuk kepentingan suatu pembuktian yang mengarah pada obyektivitas.

Hipotesis dapat diuji dengan metode statistika. Pada dasarnya pengujian statistika bertujuan untuk menguji hipotesis nol. Hipotesis nol yang diterima berarti bahwa perbedaan-perbedaan yang ditemukan antara kelompok yang diteliti hanya merupakan suatu kebetulan saja. Hipotesis nol yang ditolak sebaliknya menyatakan bahwa memang benar bahwa ada perbedaan antara kedua kelompok tersebut. Dengan demikian hipotesis nol dapat menerangkan adanya faktor kebetulan yang dapat terjadi oleh karena kesalahan dalam pemilihan sampel.

Kesalahan dalam pemilihan sampel yang diamati pada proses pengujian hipotesis dapat mengakibatkan dua jenis kesalahan. Kesalahan tipe I adalah menolak suatu hipotesis, padahal sampel sebetulnya sesuai dengan yang diasumsikan dalam hiotesis. Kesalahan tipe II adalah tidak menolak suatu hipotesis sedangkan sampel yang dipilih tidak sesuai dengan yang diasumsikan dalam hipotesis.

Mengenai Hipotesis

Sebuah hipotesis untuk proyek, kertas atau usaha yang lebih besar adalah kunci untuk membawa kamu ke arah yang benar saat Anda mencapai kesimpulan Anda. A good hypothesis has a few key characteristics that make it helpful, understandable and provable. Hipotesis yang baik memiliki beberapa karakteristik kunci yang membuat itu bermanfaat, dimengerti dan dibuktikan.

  1. Tentukan topik dan aplikasi untuk hipotesis Anda. Are you interested in bone structure and want to conduct a science experiment? Apakah Anda tertarik pada struktur tulang dan ingin melakukan percobaan ilmiah? Or are you interested in political theory and want to write a paper? Atau Anda tertarik dalam teori politik dan ingin menulis makalah? The topic determines what your hypothesis is about, and the application tells you how to word your hypothesis. Topik menentukan apa hipotesis Anda adalah tentang, dan aplikasi memberitahu Anda bagaimana untuk kata hipotesis Anda.

  2. Step 2 Langkah 2

    Narrow your topic down from general to specific, broad to narrow. Persempit topik Anda turun dari yang umum ke spesifik, yang luas untuk mempersempit. You want the particulars of the topic you wish to investigate and you want to bring the topic down to a size you can handle. Anda ingin secara khusus mengenai topik yang Anda ingin untuk menyelidiki dan Anda ingin membawa topik ke ukuran yang Anda bisa mengatasinya. Whether you are dealing in abstract ideas or with tangible research, you can't conquer the world all at once. Apakah Anda hadapi dalam gagasan abstrak atau dengan penelitian yang nyata, Anda tidak dapat menaklukkan dunia sekaligus. Break it down into one-step-at-a-time sized pieces. Memecahnya menjadi potongan-potongan berukuran satu langkah-at-a-waktu.

  3. Step 3 Langkah 3

    A good hypothesis is your assumption or explanation of why or how something occurs. Hipotesis yang baik adalah asumsi Anda atau penjelasan tentang mengapa atau bagaimana sesuatu terjadi. You are proposing an explanation or defending an argument. Anda mengusulkan penjelasan atau membela argumen. In order to determine your answer (your hypothesis), first determine your question. Untuk menentukan jawaban Anda (hipotesis Anda), pertama menentukan pertanyaan Anda. What question do you want to answer by this experiment, research or essay? Pertanyaan apa yang Anda ingin menjawab dengan percobaan ini, penelitian atau esai? Let's take for our purposes this (somewhat facetious) question: "Why do people get bad haircuts?" Mari kita untuk tujuan kita pertanyaan ini (agak jenaka): "Mengapa orang mendapatkan potongan rambut yang buruk?"

  4. Step 4 Langkah 4

    Decide what your answer to the question is. Tentukan apa yang jawaban Anda untuk pertanyaan ini. Why do people get bad haircuts? Mengapa orang mendapatkan potongan rambut yang buruk? Is it because they can't afford to go to a great salon? Apakah karena mereka tidak mampu untuk pergi ke salon yang besar? Perhaps they don't know they have bad haircuts? Mungkin mereka tidak tahu bahwa mereka memiliki potongan rambut yang buruk? Or is a bad haircut is only a matter of preference? Atau potongan rambut yang buruk hanya soal preferensi? Write down your best answer to the question you have proposed. Tuliskan jawaban Anda terbaik atas pertanyaan Anda telah diusulkan.

  5. Step 5 Langkah 5

    A good hypothesis is simple and concise. Hipotesis yang baik adalah sederhana dan ringkas. Look at the answer you have written--that is--your current hypothesis. Lihatlah jawaban yang telah Anda tulis - yang - hipotesis Anda saat ini. Is it wordy? Apakah itu bertele-tele? Cluttered up with unnecessary adjectives? Penuh dengan kata sifat yang tidak perlu? Confusing? Membingungkan? Wishy washy? Plin plan? Reword as needed to form a statement that is brief and understandable. Reword yang diperlukan untuk membentuk suatu pernyataan yang singkat dan mudah dipahami. "People end up with really bad haircuts because they don't know that they have bad haircuts and don't know how to get good ones" can become "People have bad haircuts because they don't recognize good haircuts." "Orang-orang berakhir dengan potongan rambut yang benar-benar buruk karena mereka tidak tahu bahwa mereka memiliki potongan rambut yang buruk dan tidak tahu bagaimana cara yang baik" dapat menjadi "Orang-orang memiliki potongan rambut yang buruk karena mereka tidak mengenali potongan rambut yang baik."

  6. Step 6 Langkah 6

    A good hypothesis take a clear side. Hipotesis yang baik mengambil sisi jelas. Your following research or writing will determine if the side you chose is the right one; at this point, the purpose of your hypothesis is to make your claim boldly. penelitian lanjutan Anda atau menulis akan menentukan apakah pihak yang Anda pilih adalah yang benar; pada titik ini, tujuan hipotesis Anda adalah membuat klaim Anda berani. So don't tiptoe around. Jadi jangan berjingkat sekitar. Decide what you think, and say it. Putuskan apa yang Anda pikirkan, dan mengatakannya. If your current hypothesis is dancing around the real heart of what you think, trim it up and work it over until it says what you mean to say. Jika hipotesis Anda saat ini menari di sekitar hati sebenarnya apa yang Anda pikirkan, trim it up dan kerja itu lebih sampai mengatakan apa maksudmu.

  7. Step 7 Langkah 7

    A good hypothesis uses clearly defined terms. Hipotesis yang baik menggunakan istilah didefinisikan dengan jelas. If any of the terms you are using in your hypothesis are ambiguous, either reword or include a brief clarification of what you mean by the particular term. Jika salah satu istilah yang Anda gunakan dalam hipotesis Anda ambigu, baik reword atau menyertakan sebuah penjelasan singkat tentang apa yang Anda maksudkan dengan istilah tertentu. "People have bad haircuts (unflattering or unkempt) because they don't recognize good haircuts." "Orang-orang memiliki potongan rambut yang buruk (tidak menyenangkan atau terawat) karena mereka tidak mengenali potongan rambut yang baik."

  8. Step 8 Langkah 8

    A good hypothesis is testable. Hipotesis yang baik adalah dapat diuji. If there's no way to go out and test the truth of the statement you are making, it won't work as a hypothesis. Jika tidak ada cara untuk keluar dan menguji kebenaran laporan yang Anda buat, hal itu tidak akan bekerja sebagai hipotesis. If you can test it, it will work. Jika Anda dapat mengujinya, ia akan bekerja. A testable hypothesis gives you direct guidance for your next steps in completing your project. Hipotesis diuji memberi Anda bimbingan langsung untuk langkah selanjutnya Anda dalam menyelesaikan proyek Anda. Once you determine that your hypothesis is testable, you probably know how to test it. Setelah Anda menentukan bahwa hipotesis Anda diuji, Anda mungkin tahu bagaimana mengujinya. So your next move is to start testing and find out if your good hypothesis is good enough to become a theory. Jadi langkah berikutnya adalah untuk memulai pengujian dan mencari tahu apakah hipotesis yang baik Anda cukup baik untuk menjadi sebuah teori.


karya ilmiah bahasa indonesia

Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

1. Hakikat Karya Ilmiah
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil penelitian.

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.
Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium , artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.

2. Ciri – cirri Karya Ilmiah
Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu :
a. struktur sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

b. komponen dan substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

c. , sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

d. penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

3. Jenis – jenis Karya Ilmiah
Adapun jenis – jenis karya ilmiah, yaitu :
a. Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

b. Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.

c. Disertasi
Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.

4. Sikap Ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
b. Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
c. Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
d.Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
e. Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
f. Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
g. Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

5. Kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah
Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat penyelesaiannya adakan dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupa diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.

Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut :
• salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
• salah dalam menyusun struktur pelaporan,
• salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat),
• salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
• penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar,
• tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri),
• tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).

Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.

Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”
Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini.

Kriteria
1. Berdasarkan fakta
2. Bebas dari prasangka
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa
4. Menggunakan hipolesa
5. Menggunakan ukuran objektif
6. Menggunakan teknik kuantifikasi

Langkah-langkah
1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
2. Survei terhadap data yang tersedia.
3. Memformulasikan hipotesa.
4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa.
5. Mengumpulkan data primair.
6. Mengolah, menganalisa serla membuat interpretasi.
7. Membual generalisasi dan kesimpulan.
8. Membuat Laporan

KRITERIA METODE IMIAH
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka (bias)
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4. Menggunakan hipotesa
5. Menggunakah ukuran objektif.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi.

6.1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

6.2. Bebas dari Prasangka

Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.

6.3. Menggunakan Prinsip Analisa

Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.

6.4. Menggunakan Hipotesa

Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

6.5. Menggunakan Ukuran Obyektif

Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.

6.6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi

Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating

LANGKAH DALAM METODE ILMIAH
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian.

Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15. Menulis laporan penelitian.

Dalain melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abclson (1933) mcmberikan langkah-langkah berikut:
1. Tentukan judul. Judul dinyatakan secara singkat
2. Pemilihan masalah. Dalam pemilihan ini harus: a). Nyatakan apa yang disarankan oleh judul. b). Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah menurut kepentingan umum. c). Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi. situasi dan hal-hal lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti.

3. Pemecahan masalah. Dalain niemecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut: a).

Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bnntuk yang sistematis dan logis. Demikian juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah. b). Proscdur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat. c) Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan d). Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang digunakan. e). Tunjukkan cara data dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah. f). Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta luibungannya dalam berbagai fase penelitian.

4. Kesimpulan

a). Berikan kesimpulan dari hipotesa. nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang mungkin diperoleh b). Berikan implikasi dari kesimpulan. Jelaskan bebernpa implikasi dari produk hipotesa dengan memberikan beberapa inferensi.

5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan dengan masalah.

Nyalakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi yang mungkin ada manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah. Dari pedoman beberapn ahli di atas, maka dapal disimpulkan balnwa penelitian dengan mcnggunakan metode ilmiah sckurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

5.1. Merumuskan serta mcndefinisikan masalah

langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci (key words) yang terdapal dalam masalah Misalnya. masalah yang dipilih adalah Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh?
Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya

5.2. Mengadakan studi kepustakaan

Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan olch seorang peneliti. Ada kalanya. perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan secara bersamaan.

5.3. Memformulasikan hipotesa

Setelah diperoleh infonnasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut-pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan. maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipolesa unttik penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubunggan sangkut-paut antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.

5.4. Menentukan model untuk menguji hipotesa

Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan. kerja selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang. scperti ilmu ekonomi misalnva. pcnguji’an hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisif terdapal dalam hipotesa. untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia.
Pcngujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.

5.5. Mengumpulkan data

Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan. Bcrgantung dan masalah yang dipilih serta metode pcnelitian yang akan digunakan. teknik pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan. misalnya. data diperoleh dan plot-plot pcrcobaan yang dibual sendiri oleh peneliti Pada metodc scjarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan mcngajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questioner Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung terhadap perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok orang-orang yang diselidikinya.

5.6. Menyusun, Menganalisa, and Menyusun interfensi

Setelah data terkumpul. pcneliti menyusun data untuk mengadakan analisa Sebelum analisa dilakukan. data tersebul disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.

5.7. Membuat generalisasi dan kesimpulan

Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima. ataukah hiporesa tersebut ditolak.

5.8. Membuat laporan ilmiah
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri.

Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.

Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”
Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini.

Kriteria
1. Berdasarkan fakta
2. Bebas dari prasangka
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa
4. Menggunakan hipolesa
5. Menggunakan ukuran objektif
6. Menggunakan teknik kuantifikasi

Langkah-langkah
1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
2. Survei terhadap data yang tersedia.
3. Memformulasikan hipotesa.
4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa.
5. Mengumpulkan data primair.
6. Mengolah, menganalisa serla membuat interpretasi.
7. Membual generalisasi dan kesimpulan.
8. Membuat Laporan

KRITERIA METODE IMIAH
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka (bias)
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4. Menggunakan hipotesa
5. Menggunakah ukuran objektif.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi.

6.1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

6.2. Bebas dari Prasangka

Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.

6.3. Menggunakan Prinsip Analisa

Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.

6.4. Menggunakan Hipotesa

Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

6.5. Menggunakan Ukuran Obyektif

Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.

6.6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi

Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating

LANGKAH DALAM METODE ILMIAH
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian.

Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15. Menulis laporan penelitian.

Dalain melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abclson (1933) mcmberikan langkah-langkah berikut:
1. Tentukan judul. Judul dinyatakan secara singkat
2. Pemilihan masalah. Dalam pemilihan ini harus: a). Nyatakan apa yang disarankan oleh judul. b). Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah menurut kepentingan umum. c). Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi. situasi dan hal-hal lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti.

3. Pemecahan masalah. Dalain niemecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut: a).

Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bnntuk yang sistematis dan logis. Demikian juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah. b). Proscdur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat. c) Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan d). Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang digunakan. e). Tunjukkan cara data dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah. f). Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta luibungannya dalam berbagai fase penelitian.

4. Kesimpulan

a). Berikan kesimpulan dari hipotesa. nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang mungkin diperoleh b). Berikan implikasi dari kesimpulan. Jelaskan bebernpa implikasi dari produk hipotesa dengan memberikan beberapa inferensi.

5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan dengan masalah.

Nyalakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi yang mungkin ada manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah. Dari pedoman beberapn ahli di atas, maka dapal disimpulkan balnwa penelitian dengan mcnggunakan metode ilmiah sckurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

5.1. Merumuskan serta mcndefinisikan masalah

langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci (key words) yang terdapal dalam masalah Misalnya. masalah yang dipilih adalah Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh?
Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya

5.2. Mengadakan studi kepustakaan

Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan olch seorang peneliti. Ada kalanya. perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan secara bersamaan.

5.3. Memformulasikan hipotesa

Setelah diperoleh infonnasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut-pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan. maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipolesa unttik penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubunggan sangkut-paut antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.

5.4. Menentukan model untuk menguji hipotesa

Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan. kerja selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang. scperti ilmu ekonomi misalnva. pcnguji’an hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisif terdapal dalam hipotesa. untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia.
Pcngujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.

5.5. Mengumpulkan data

Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan. Bcrgantung dan masalah yang dipilih serta metode pcnelitian yang akan digunakan. teknik pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan. misalnya. data diperoleh dan plot-plot pcrcobaan yang dibual sendiri oleh peneliti Pada metodc scjarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan mcngajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questioner Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung terhadap perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok orang-orang yang diselidikinya.

5.6. Menyusun, Menganalisa, and Menyusun interfensi

Setelah data terkumpul. pcneliti menyusun data untuk mengadakan analisa Sebelum analisa dilakukan. data tersebul disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.

5.7. Membuat generalisasi dan kesimpulan

Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima. ataukah hiporesa tersebut ditolak.

5.8. Membuat laporan ilmiah
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri.

Penalaran paragraph

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Data adalah catatan atas kumpulan fakta[1]. Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra.
Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri, hal ini dinamakan deskripsi. Pemilahan banyak data sesuai dengan persamaan atau perbedaan yang dikandungnya dinamakan klasifikasi.
Fakta adalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang benar dan bisa
dibuktikan. Termasuk di dalamnya ucapan pendapat atau penilaian orang atas sesuatu. Dalam kode etik jurnalistik, pasal 3 ayat (30) dijelaskan antara lain,
“…di dalam menyusun suatu berita, wartawan Indonesia harus membedakan
antara kejadian (fact) dan pendapat (opini) sehingga tidak mencampuradukkan.

Dua jenis penalaran

(1) Penalaran langsung: penalaran yang premisnya hanya terdiri dari sebuah premis saja. Terbagi atas:

a) Perlawanan (oposisi)

b) Pembalikan (konversi)

(2) Penalaran tak langsung: Penalaran yang premisnya lebih dari satu. Terbagi atas:

a) Penalaran Induksi

b) Penalaran Deduktif’

Perlawanan Sebagai Penalaran Langsung

Paragraf induktif: Paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.

1. Generalisas: Penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan data yang sesuai dengan fakta. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.

2. Analogi: Penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.

3. Paragraf hubungan sebab akibat: Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.

4. Paragraf hubungan akibat sebab: Paragraf yang dimulai dengan fakta khusus yang menjadi akibat, kemudian fakta itu dianalisis untuk diambil kesimpulan.

Dalam paragraf hubungan sebab akibat 1 akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebabyang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul beberapa akibat.

Perlu diketahui bahwa induksi matematika bukanlah bentuk penalaran induktif. Sementara induksi matematika mungkin terinspirasi oleh non-basis kasus, perumusan dasar tegas menetapkan kasus itu sebagai bentuk penalaran deduktif.


Generalisasi

Sebuah generalisasi (lebih tepatnya, induktif generalisasi) hasil dari sebuah premis tentang sampel pada suatu kesimpulan tentang populasi.


Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh :

Sebuah sistem generalisasi.

Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi, DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,

Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

Deduksi ialah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus.

Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi)

Bentuk silogisme

  • Silogisme kategoris: terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
  • Silogisme hipotesis: salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis.

Misalnya:

Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah

Premis 2 : Sekarang hujan

Konklusi : Maka jalanan basah.

Bandingkan dengan jalan pikiran berikut:

Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah

Premis 2 : Sekarang jalanan basah

Konklusi : Maka hujan.


Distribusi Term

Menurut kualitas dan kuantitas proposisi, term mungkin bersifat distributif atau nondistributif. Suatu term dikatakan distributif, jika meliputiseluruh denotasinya, dan dikatakan nondistributif, Jika hanya meliputi sebagian saja.
Dengan demikian, maka dalam proposisi
A : S distributif, P nondistributif.
E : S distributif, P distributif.
I : S nondistributif, P nondistributif
O : S nondistributif, P distributif.~’

Contoh:
Premis mayor (MY) : Manusia makhluk rasional
Premis minor (MN) : Kucing bukan manusia
Kesimpulan (K) : Kucing tidak rasional

My : Setiap manusia pernah lupa
Mn : Mahasiswa adalah manusia
K : Mahasiswa pernah lupa.

Dari uraian di atas dapat diringkaskan bahwa:
a. Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal.
b. Proses penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada kesimpulan.
c. Strukturnya tetap: premis mayor, premis minor, kesimpulan.
d. Premis mayor berisi pernyataan umum.
e. Premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor (term mayor).
f. Kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.